Sabtu, 04 Februari 2012

Para Pencari Ilmu (Part-1)

Seorang wanita bertemu dengan pelukis ternama dunia, Pablo Picasso. Wanita itu meminta Picasso untuk melukis untuknya di secarik kertas. Picasso pun melukis dengan senang hati, kemudian berkata "kertas ini bernilai ratusan juta dollar lho". Wanita tersebut binggung dan berkata " Tapi Tuan. Anda hanya butuh waktu 30 detik untuk menghasilkan karya ini". Sambil tertawa Picasso menjawab "Saya membutuhkan waktu 30 tahun agar dapat menghasilkan mahakarya dalam waktu 30 detik".(buletin CerdasIn DD)

Penulis tertegun saat membaca kisah tersebut. Penulis menjadi kembali tersadar bahwa ini masih waktunya berproses. Picasso tak akan pernah terkenal kalau saja di tahun ke-28 dia menyerah. Demikian halnya dengan jutaan orang-orang hebat lainnya. Mereka dikenal karena kesetiaan mereka kepada ilmu. Dulu mereka dikatakan "gila", kini mereka dipuja. Tak banyak orang memahami bahwa mereka sedang berproses.Penulis akhirnya merasa terpanggil untuk menuliskan kisah-kisah yang semoga membuat banyak manfaat. Tulisan ini semoga kelak akan menjadi pengingat saat, jiwa lelah dan kesepian menghinggap. Tulisan ini adalah catatan sejarah penulis bersama komunitas.

Tulisan perdana akan fokus pada kisah keikutsertaan pada sebuah kompetisi. Keputusan untuk ikut serta bukan tanpa "perdebatan". Pengalaman masa lampau menunjukkan bahwa selama ini proses tidak dipandang penting. Pun, ketika kemenangan didapat, penumpang gelap hadir. Kemilau kemenangan tak dirasakan sebagai ikhtiar panjang tapi peluang publisitas segelintir orang. Namun, atas dasar niat untuk menuntut ilmu, kami bersepakat ikut.

Kendala ditemui mulai merekrut orang sampai pengiriman berkas. Kompetisi keilmuan seperti ini jarang diminati. Tentu saja karena banyak, bisa jadi karena levelnya bukan internasional. Bisa jadi karena sistem pendidikan yang amat mengekang hingga mahasiswa takut untuk keluar dari ruang-ruang kuliah. Atau bisa jadi karena kami kesulitan mencari teladan yang mengajarkan kecintaan mereka ilmu. Akhirnya, terkumpullah 17 orang. Merekalah orang-orang pilihan yang ditakdirkan untuk merasakan pengalaman luar biasa.

Pengalaman luar biasa karena harus memulai segalanya dari nol. Kami harus "belanja di pasar", meramu, dan "memasak" sendiri (*ini kata2 yang sering dibawa teman ex-sapen). Kami beruntung karena mendapatkan dukungan keilmuan dari sejumlah "suhu kampus". Berulang kali, kami terjatuh karena belum menemukan pintu masuk. Ketika, bertemu "pintu masuk" kasus, kami justru tertegun pada konsekuensinya. Hari terus berganti, sampai akhirnya waktu peminjaman tempat habis. Kami berpindah-pindah ruangan. Tiga hari terakhir adalah masa-masa penuh perjuangan. Kami mengebut mengerjakan berkas. Tapi, bukan komunitas jika kami tidak tertawa bersama. Kami punya makanan favorit semisal cap cay komunitas, cak wawan, nasi goreng padang, nasi padang murah. Tentu saja kalah jauh dari segi harga dan cita rasa, makanan saat rapat-rapat digelar. Tapi, tidak akan ada yang mampu mengalahkan "perasaan kebersamaan".

Di hari terakhir, berkas akhir belum selesai. Padahal berkas harus dikirim hari itu juga. Malam sebelumnya kami lembur dengan waktu tidur 1-1,5 jam. Berkas selesai Pukul setengal 12 malam dan dikirimkan. Pengalaman mistis pun akhirnya dialami oleh seorang teman. Semua rasa dialami, senang, susah, lelah. Bahkan juga dilami oleh mereka yang bukan lagi mahasiswa. Kadang terlintas, apakah yang bisa kami terima atas kerja keras ini?. Sejumlah rekomendasi? uang pembinaan? spanduk ucapan selamat? pujian?. Semua itu, hanya efek dari niat tulus menuntut ilmu. Jika diberikan disyukuri jika tidak seharusnya tidak perlu menderita. Semoga ilmu yang kini dipelajari akan bermanfaat kelak untuk "hasil yang jauh lebih besar" dari sekedar spanduk ucapan selamat.Amin ya Allah.

Kita tak pernah tahu takdir Tuhan. Tuhan miliki kuasa mengatur segalanya. Tak akan ada yang bisa menghalangi. Saat pintu-pintu tertutup, Tuhan bukakan jendela. Mungkin tidak sekarang, tapi kelak saat prosesnya telah selesai. :)

*Terima kasih untuk teman-teman yang mau berproses bersama komunitas. Komunitas ada dan hadir karena kecintaan terhadap ilmu. Jika yang diharapkan adalah trofi, uang pembinaan atau popularitas, sungguh itu hanya merupakan efek dari kecintaan pada ilmu. Semangat,

oleh Laras Susanti pada 2 Oktober 2011 pukul 18:10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar